Wiji Thukul dan Perlawanan Mahasiswa ORBA: Maka hanya satu kata: Lawan!
KAKI BUKIT – Ada satu masa pada era Orde Baru (Orba) berkuasa, gerakan mahasiswa masa itu punya tagline yang sangat terkenal, khususnya pada tahun 1980 – 1990-an: “Maka hanya satu kata : lawan!”
Kata “Lawan!” menjadi idiom dari perlawanan gerakan mahasiswa pasca NKK/BKK (Normalisasi Kehidupan Kampus dan Badan Koordinasi Kemahasiswaan) yang membubarkan Dewan Mahasiswa pada seluruh perguruan tinggi, yang dikeluarkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (1978 – 1983) Dr Daoed Yoesoef.
Masa itu terjadi depolitisasi kampus melalui politik NKK/BKKdengan tujuan membunuh aktivitas politik kemahasiswaan, gerakan mahasiswa periode 1981-1990 pun melemah.
Tagline kata “Lawan !” itu adalah bagian dari penggalan puisi berjudul
“PERINGATAN”
Jika rakyat pergi Ketika penguasa berpidato
Kita harus hati hati
Barangkali mereka putus asa
Kalau rakyat sembunyi
Dan berbisik bisik
Ketika membicarakan masalahnya sendiri
Penguasa harus waspada dan belajar mendengar
Dan bila rakyat tidak berani mengeluh
Itu artinya sudah gawat
Dan bila omongan penguasa
Tidak boleh dibantah
Kebenaran pasti terancam
Apabila usul ditolak tanpa ditimbang
Suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan
Dituduh subversi dan menggangu keamanan
Maka hanya satu kata : lawan !
Solo,1986
Penggalan bait puisi, “Maka hanya satu kata : lawan !” atau tagline tersebut kemudian diadopsi gerakan mahasiswa yang berhasil menumbangkan Orde Baru yang ditandai dengan turunnya Soeharto dari kursi Presiden Republik Indonesia pada 1998.
Puisi Wiji Thukul tersebut tidak hanya dibacakan pada aksi mahasiswa pada zaman represif Orba tapi menjadi sebuah pamlet yang dipasang di dinding kamar kos mahasiswa, di ruang tempat mahasiswa masa itu berhimpun. Juga menjadi bait puisi yang selalu muncul pada halaman surat kabar, tabloid atau majalah Pers Mahasiswa yang dikelola mahasiswa di berbagai kampus.
Pada tanggal 26 Agustus 2023 pada banyak akun media sosial menulis dan menyampaikan ucapan selamat ulang tahun pada Wiji Thukul yang hilang tak diketahui keberadaan hingga kini. Jika masih hidup penyair kelahiran Solo tanggal 26 Agustus 1963 tersebut telah berusia 60 tahun.
Seorang wartawan media nasional Ilham Khoiri di laman Instagramnya menulis, “Meski fisiknya hingga kini hilang tak keruan rimbanya, inspirasi spiritnya terus hidup. Inspirasi untuk melawan segala kedzaliman”.
Wiji Thukul Hilang
Siapakah Wiji Thukul? Di kalangan mahasiswa dan di tengah masyarakat yang mengenalnya pada masa Orba, Wiji Thukul adalah seorang penyair yang juga aktivis perlawanan terhadap rezim Orde Baru. Buktinya ia berulang kali harus berhadapan dengan militer dan penguasa.
Wiji Thukul adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Ayahnya adalah seorang penarik becak dan ibunya menjual ayam bumbu untuk membantu perekonomian keluarga. Sejak kecil bocah yang dipanggil “Thukul” sudah tertarik pada dunia teater dan sering menulis puisi yang ditekuni saat di bangku Sekolah Dasar (SD). Saat di bangku SMP Thukul bergabung dengan kelompok Teater Jagat.
Sehari-hari Wiji Thukul sering ngamen puisi keluar masuk kampung dan kota atau berjualan koran, jadi calo karcis bioskop, dan bekerja di sebuah perusahaan mebel.