Logo IKN Pohon Hayat dan Penghargaan Kalpataru (Bagian 2 - Habis)
KAKI BUKIT – Pada tahun 1980 Pemerintah melalui Pemerintah Indonesia melalui Menteri Negara Lingkungan Hidup menggunakan istilah atau nama Kalpataru untuk memberikan penghargaan kepada meraka yang berjasa dalam menjaga kelestarian alam dan lingkungan di Indonesia. Kalpataru sendiri adalah bahasa Sanskerta yang berarti pohon kehidupan (Kalpavriksha).
Penghargaan Kalpataru diberikan untuk empat kategori yang mencakup
perintis lingkungan, pengabdi lingkungan, penyelamat lingkungan, dan pembina lingkungan. Sejak tahun 1980 hingga 2022 sudah ada 408 penerima Penghargaan Kalpataru yang tersebar di seluruh Indonesia.
Tahun 1980 Penghargaan Kalpataru digagas Menteri Negara Lingkungan Hidup Emil Salim. Sebelum bernama Kalpataru, penghargaan ini sudah diberikan dengan nama Hadiah Lingkungan. Baru pada 1981 bertepatan dengan Hari Lingkungan Hidup Penghargaan Kalpataru diberikan untuk memotivasi dan menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kelestarian lingkungan hidup. Penghargaan diberikan kepada individu dan di Indonesia.
Pada tahun 1981 itu pula Pada 1981, seorang sarjana seni rupa ITB Bandung Markus Djajadiningrat mendapat tugas untuk mendesain gambar perangko seri lingkungan hidup. Untuk desainnya Markus menemukan pada relief Candi Mendut, yang menggambarkan sebuah pohon kehidupan yang dikelilingi kendi berisi uang dan batu permata. Sejak saat itu nama Kalpataru mulai digunakan sebagai nama penghargaan lingkungan hidup yang diberikan pemerintah.
Berdasarkan asal-usulnya, lambang Kalpataru merujuk kepada relief pohon yang terdapat di Candi Mendut, relief ini juga ditemukan di Candi Pawon, Candi Prambanan, dan Candi Borobudur.
Pada Candi Mendut, relief Kalpataru terlihat bersama dengan dua bidadari, Harītī, dan Āţawaka. Pada Candi Borobudur relief Kalpataru penggambarannya selalu bertumpu pada lima ciri utama, yaitu binatang pengapit, jambangan bunga, untaian manik-manik atau mutiara, payung, dan burung.
Binatang pengapit merupakan simbol dari pohon agar tetap suci dan jauh dari gangguan setan. Jambangan bunga merupakan simbol kekayaan, kemakmuran, dan kesuburan. Hal ini digambarkan oleh untaian manik-manik atau mutiara. Payung merupakan simbol kesucian. Sedangkan burung Kinnara-Kinnari (makhluk berwujud setengah manusia dan setengah burung) adalah makhluk penjaga pohon dan sekaligus lambang kehidupan.
Nama lain dari Kalpataru atau pohon hayat adalah Kalpawreksa (aksara Dewanagari), Kalpavṛkṣa (International Alphabet of Sanskrit Transliteration, IAST), atau Kalpadruma, dan Kalpapāda. Istilah Kalpataru banyak tertulis dalam kitab kesusateraan India seperti Kitab Purana, Ramayana, Buvanakosa, Vayupurana, Meghaduta, dan Bhanabata.
Di Nusantara, sumber tertulis pertama yang menyebutkan istilah Kalpataru kemungkinan besar adalah prasasti berbentuk yupa peninggalan Raja Mulawarman dari Kerajaan Kutai.
Kalpataru merupakan gambaran pohon kahyangan, yang penuh dengan bunga-bunga, baik yang mekar maupun yang masih kuncup. Pada beberapa bunga yang mekar, di tengah-tengah mahkotanya yang terbuka menjuntai mutiara dan manik-manik. Bunga-bunga dan dedaunan tersusun dalam pola setangkup, membentuk gumpalan padat yang sedikit cembung, seakan menyembul dari sebuah vas bunga yang membentuk bagian batang pohon.
Kalpataru dalam mitologi Hindu, artinya adalah pohon yang mengabulkan permintaan. Pohon ini mencerminkan suatu tatanan lingkungan yang serasi, selaras dan seimbang serta merupakan tatanan yang menggambarkan keserasian hutan, tanah, air, udara, dan makhluk hidup.
Kalpatura yang juga pohon hayat, selain menjadi nama penghargaan dalam bidang lingkungan, pemerintah menjadikannya sebagai logo pada Ibu Kota Negara (IKN). (maspril aries)