Tiga Kota Pintar dari Indonesia, Beda Kota Pintar dengan Kota Cerdas (Bagian 1)
KAKI BUKIT – Sudah lebih dari satu bulan IMD World Competitiveness Center merilis daftar Smart City Index (SCI) 2023 atau daftar indeks kota pintar di dunia. Dari total 141 kota di muka bumi yang diteliti, ada tiga kota di Indonesia masuk ke dalam daftar tersebut.
Ketiga kota tersebut adalah DKI Jakarta; Medan (Sumatera Utara) dan Makassar (Sulawesi Selatan). Jakarta berada pada peringkat ke-102, Medan di peringkat 112, dan Makassar pada peringkat ke-114 sebagai smart city atau kota pintar terbaik di dunia.
Pengumuman IMD World Competitiveness Center memicu pertanyaan dari DPRD Kota Surabaya. “Kok aneh, jika Surabaya yang merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia tidak masuk smart city,” kata Wakil Ketua DPRD Surabaya AH Thony di Surabaya, Sabtu (27/5/2023).
Dari kota besar di Indonesia, Surabaya adalah kota terbesar ke dua di Indonesia setelah Jakarta, lalu Medan dan Makassar. Menurut AH Thony, sebelum kota-kota lain masuk dalam daftar Smart City Index, Kota Surabaya sudah lebih duluan sudah melampaui kota lain.
Selain Surabaya, sebenarnya Bandung ibu kota Jawa Barat juga termasuk dalam daftar kota kota pintar atau smart city di Indonesia. Bandung saat dipimpin Wali Kota Ridwan Kamil. Sejak tahun 2014 Bandung telah memiliki 394 aplikasi yang menunjang penerapan konsep smart city, dan penerapan konsep smart city ini telah menyelesaikan 70 persen masalah di Kota Bandung.
Istilah ‘smart city’ sendiri memiliki beragam definisi. Frasa smart city bukanlah suatu yang baru. Frasa ini kemudian muncul kembali dan banyak dibicarakan setelah perusahaan-perusahan ICT (Information and Communication Technology) mengadopsinya untuk mempromosikan produk-produknya dengan mengklaim bahwa ICT mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi kota dan meningkatkan kualitas hidup penduduk karena dengan ICT elemen dan sumber daya kota dapat diintegrasikan, dikoneksi, dan dikelola dengan lebih baik.
Menurut P Nijkamp dalam “E pluribus unum” (2008), smart city sebagai kota yang mampu menggunakan sumber daya manusia (SDM), modal sosial, dan infrastruktur telekomunikasi modern untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan kualitas kehidupan yang tinggi.
Definisi lain dari A Caragliu (2009), smart city sebagai sebuah kota yang smart ketika investasi manusia, kondisi dan resiko masyarakat, modal/ finansial, sumberdaya energi transportasi, dan lain-lain dikelola dengan bijak. Dalam literatur lain smart city juga diartikan sebagai penggunaan teknologi informasi untuk mendukung layanan perkotaan.
Menurut Frost & Sullivan dalam “Smart Cities” (2014) mengidentifikasi delapan aspek dari smart city. Delapan aspek tersebut yakni smart governance, smart energy, smart building, smart mobility, smart infrastructure, smart technology, smart healthcare, dan smart citizen.
Smart city (kota pintar) tidak sama dengan intellegent city (kota cerdas). Menurut Didi Kurnaedi dalam “Penerapan “Live” Smart City Kota Tangerang” (2017) menjelaskan perbedaan antara smart city dan intellegent city.
Smart city mampu menyerap dan menganalisa informasi dengan baik dan cepat sebagai hasil pembelajaran. Smart city mengunggulkan pemecahan masalah dengan menggunakan teknologi yang berkembang saat ini.
Sedangkan intellegent city mengunggulkan improvisasi dan ide kreatif. Ketika informasi yang diharapkan telah didapat, selanjutnya informasi tersebut diolah dengan sendirinya (otomatis) tanpa menunggu perintah untuk menyelesaikannya.
Konsep smart city sendiri memiliki arti sebuah pendekatan cerdas dalam membangun kota yang bersifat terintegrasi untuk mengatasi permasalahan kota yang semakin bertambah kompleks terutama seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.
Smart city kini menjadi impian banyak kota di dunia. Dengan smart city, berbagai macam data dan informasi yang berada di setiap sudut kota dapat dikumpulkan melalui sensor yang terpasang di setiap sudut kota, dianalisa dengan aplikasi cerdas, selanjutnya disajikan sesuai dengan kebutuhan pengguna melalui aplikasi yang dapat diakses oleh berbagai jenis gadget. Melalui gadget-nya, secara interaktif pengguna juga dapat menjadi sumber data, mereka mengirim informasi ke pusat data untuk dikonsumsi oleh pengguna yang lain. (maspril aries)