Home > Lingkungan

Macan Tutul Jawa Satwa Dilindungi (Bagian 2 Habis)

Kini di dunia populasi Macan Tutul menyusut drastis.
Macan Tutul Jawa bernama Wahyu dilepasliarkan di Taman Nasional Gunung Halimun Salak. (FOTO : Humas KLHK)

KAKI BUKIT, Bogor – Macan tutul Jawa (Panthera pardus melas) merupakan jenis kucing besar endemik di Pulau Jawa. Macan Tutul adalah satwa liar dilindungi sesuai Peraturan Menteri LHK No. 106 Tahun 2018. Selain sudah termasuk Endagered (EN: Terancam) menurut IUCN, Macan Tutul juga masuk ke dalam Appendix I CITES, artinya satwa ini tidak boleh diperjualbelikan dalam bentuk apapun.

Macan Tutul Jawa hidup dan menyebar pada beberapa daerah di Pulau Jawa. Seperti di Pulau Jawa Bagian Barat (Provinsi Jawa Barat dan Banten) macan tutul terdapat di Cianjur Selatan, Cirebon, Taman Nasional Ujung Kulon, Gunung Gede, Gunung Pangrango, Gunung Halimun-Gunung Salak dan Gunung Ciremai.

Macan tutul juga menghuni hampir semua gunung-gunung di Jawa Bagian Barat seperti Gunung Tangkuban Perahu, Gunung Papandayan, Gunung Masigit, Gunung Cikuray, Gunung Burangrang, Gunung Malabar, Gunung Galunggung, Gunung Sangga-buana dan Gunung Syawal. Bahkan Gunung kecil seperti Gunung Pancar, Gunung Simpang, Gunung Tilu, Gunung Takokak, Gunung Jubleg, Gunung Kendeng, Gunung Cakrabuana dan Gunung Karang.

Sejak berhasil diselamatkan, Macan Tutul bernama Wahyu selanjutya akan hidup liar di kawasan “rumah barunya” di TNGHS yang memiliki luas sekitar 87.669 Hektar (Ha) yang merupakan ekosistem hutan pegunungan tropis terluas yang berada di Pulau Jawa. Di sini Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas) merupakan salah satu satwa kunci, disamping dua satwa kunci lainnya yaitu Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) dan Owa Jawa (Hylobates moloch).

Jumlah populasi Macan Tutul Jawa saat ini di kawasan TNGHS diperkirakan berjumlah sekitar 48 – 52 ekor dengan kepadatan populasi sekitar 11,2 individu/100 Km2.

Berbagai upaya telah dilakukan dalam menjaga kelestarian Macan Tutul Jawa serta spesies hewan asli TNGHS lainnya. Upaya tersebut dilakukan antara lain melalui kegiatan patroli serta sosialisasi pengamanan hutan, monitoring satwa secara langsung maupun dengan menggunakan kamera trap, kajian populasi dan habitat satwa serta upaya penambahan populasi melalui kegiata pelepasliaran satwa hasil proses rehabilitasi, baik yang berasal dari serahan maupun sitaan.

Berdasarkan kajian kesesuaian habitat TNGHS melalui pemodelan spasial, diperkirakan terdapat area hutan seluas 47.619,9 Ha di dalam kawasan TNGHS yang sesuai untuk tempat hidup/habitat alami Macan Tutul Jawa, dimana 21.391,9 Ha diantaranya, termasuk lokasi pelepasliaran Macan Tutul Wahyu ini, memenuhi kriteria sebagai lokasi pelepasliaran.

Dengan demikian, kawasan TNGHS masih sangat layak digunakan sebagai lokasi pelepasliaran Macan tutul Jawa yang diharapkan akan menemukan pasangan dan berkembangbiak untuk meneruskan keberadaannya sebagai top predator dalam menjaga keseimbangan ekosistem hutan TNGHS.

Selain di Pulau Jawa, macan tutul juga hidup dan ditemukan di kawasan lain di muka bumi. Macan Tutl juga kerap disebut Harimau Tutul, Macan Kumbang. Nama Inggris: Leopard, Panther, Black Panther. Macan Tutul adalah predator pemangsa yang memiliki adaptasi luar biasa terhadap lingkungan dan iklim yang ekstrim.

Dia hidup pada habitat, mulai dari padang pasir yang panas di Semenanjung Arabia, padang rumput dan padang Sabana yang kering di Afrika, pegunungan berbatu yang tandus di Kaukasia, Asia Barat dan Tengah, kawasan bersalju yang luas di Siberia hingga hutan tropis yang lembab dan lebat di Asia Tenggara.

Macan Tutul Punah

Kini di dunia populasi Macan Tutul menyusut drastis. Hutan yang menjadi rumah kucing besar ini kini telah dibabat habis dan berubah menjadi lahan pertanian, perkebunan, permukiman, peternakan dan pertambangan.

Dilaporkan Macan Tutul telah punah dari Tunisia, Libya, Maroko, Syria, Kuwait, Hongkong dan Singapura. Ironisnya, satu-satunya subspesies Macan Tutul yang dimiliki Indonesia, yaitu Macan Tutul Jawa, kini populasinya tergolong kritis dan berada di ambang kepunahan.

Postur tubuh Macan Tutul bervariasi karena dipengaruhi oleh: kondisi iklim dan habitat, kelimpahan dan ukuran mangsa serta kompetisi dengan jenis predator besar lainnya.

Macan Tutul memiliki panjang tubuh bervariasi berkisar antara 90-196 cm ditambah ekor yang panjangnya antara 66-102 cm. Tinggi bahu jantan sekitar 60-70 cm dan betina 57-64 cm. Jantan terbesar di alam liar memiliki panjang 260-262 cm dengan berat 95-100 kg.

Macan Tutul termasuk satwa pemangsa yang mengandalkan kecepatan dan daya kejut untuk menyergap mangsa yang bergerak lincah seperti babi hutan dan antelop. (maspril aries)

× Image