Home > Eduaksi

Ari Darmastuti Guru Besar Perempuan Pertama FISIP Unila

Riset gender semestinya tidak hanya membahas tentang bagaimana pembangunan bisa menjawab kebutuhan praktis perempuan.
Rektor Unila Lusmeilia Afriani (ke dua dar kiri) berikat surat keputusan pengukuhan guru besar kepada Ari Damastuti dosen Fisip Unila. (FOTO : Dok. Ari Darmastuti)

KAKI BUKIT, Bandarlampung – Pada rapat senat luar biasa Rektor Unila Lusmeilia Afriani mengukuhkan tujuh guru besar baru dari beberapa bidang keilmuan, salah satu guru besar tersebut Ari Darmastuti dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip).

Ari Darmastuti yang menyelesaikan studi S1 di Fisipol Universitas Gajah Mada (UGM), studi S2 di Iowa State University, Amerika Serikat (AS) dan studi S3 di Universitas Indonesia (UI) menyampaikan pidato pengukuhannya berjudul “Perempuan dan Politik: Subyek Dalam Proses.”

Ari Darmastuti yang pernah memegang beberapa jabatan di lingkungan universitas dan fakultas, Diantaranya menjabat Ketua Pusat Studi Wanita (PSW) Unila, Ketua Program Magister Ilmu Pemerintahan dan Ketua Program Studi Hubungan Internasional Fisip Unila dikukuhkan sebagi guru besar perempuan dari Fisip Unila.

Dalam pidato pengukuhan Ari Darmastuti menyampaikan bahwa riset tentang perempuan adalah riset tentang pemenuhan kebutuhan substantif perempuan. “Riset tentang gender merupakan riset yang semestinya tidak hanya bicara tentang perubahan paradigma dan teori, menganalisis teori dan metode baru,” katanya.

Ari menegaskan, riset gender semestinya tidak hanya membahas tentang bagaimana pembangunan bisa menjawab kebutuhan praktis perempuan, tetapi juga bisa menjawab tentang bagaimana perempuan bisa meningkatkan status dirinya, bisa mengontrol hal-hal yang akan berpengaruh atas dirinya.

“Riset-riset saya tentang perempuan dan pembangunan serta kontrol sumberdaya merupakan riset yang merupakan refleksi kesadaran tentang adanya jurang gender yang dalam antara laki-laki dan perempuan. Pembangunan dan pengelolaan sumerdaya merupakan dunia yang male dominated, perempuan pada umumnya diletakkan pada posisi marginal, mengurusi hal-hal yang tidak langsung berhubungan dengan sumberdaya, melainkan aktivitas-aktivitas ikutan,” katanya.

Menurut Ari, meski dirinya menulis tentang gender, “Tetapi yang saya bahas adalah semata soal teori dan metode riset, tidak membongkar tentang relasi gender yang timpang, apalagi riset dengan sudut pandang “untuk memerdekakan perempuan”, riset dengan perspektif feminis. Riset berperspektif feminis saya lakukan lebih belakangan,” ujarnya.

Selain Ari Darmastuti daftar guru besar Unila yang baru dikukuhkan:

1. Prof. Dr. Agr. Sc. Diding Suhandy, S.T.P., M.Agr., sebagai Guru Besar bidang Teknik Pertanian. Orasi ilmiah yang disampaikan berjudul “Uji Keaslian Kopi Bubuk Spesialti Indonesia Menggunakan Teknologi Uv-Visible Spectroscopy dan Kemometrika”.

2. Prof. Dr. Sugeng Sutiarso, S.Pd., M.Pd., sebagai Guru Besar bidang Pendidikan Matematika. Orasi ilmiah yang disampaikan berjudul “Alquran teaching model: Suatu Alternatif Model Pembelajaran Matematika”.

3. Prof. Dr. Nairobi, S.E., M.Si., sebagai Guru Besar bidang Ekonomi Publik. Orasi Ilmiah yang disampaikan berjudul “Pengaruh Kompetisi Politik terhadap Pertumbuhan Ekonomi, Permodelan, dan Bukti Empiris”.

4. Prof. Dr. Hardoko Insan Qudus, M.S, sebagai Guru Besar di bidang Kimia Analitik. Orasi ilmiah yang disampaikan berjudul “Aplikasi Metode Voltammetri Siklik untuk Mengkaji Reaktivitas Bahan Kimia”.

5. Prof. Dr. Ir. Sugeng Triyono, M.Sc., sebagai Guru Besar bidang Rekayasa Sumberdaya Air/Teknik Pertanian. Orasi ilmiah yang disampaikan berjudul “Menuju Sistem Pertanian Berkelanjutan Melalui Rekayasa Sumberdaya Air dan Pendayagunaan Limbah Organik”.

7. Prof. Dr. Risma Margaretha S, M.Hum., sebagai Guru Besar bidang Ilmu Antropologi. Orasi ilmiah yang disampaikan berjudul “Komodifikasi Kekerabatan dalam Hubungan Multikultural: Produksi dan Reproduksi Nilai Budaya Piil Pesenggiri Etnik Lampung”. (maspril aries)

× Image