Wartawan dan Penulis Yurnaldi Paduka Raja Raih Penghargaaan Satupena Sumbar
KAKI BUKIT, Palembang – Wartawan senior dan penulis asal Sumatera Barat (Sumbar) Yurnaldi yang tengah berada di Palembang merayakan Idul Fitri 1444 H mendapat kabar gembira dari kampung halamannya, meraih penghargaan dari DPD Satupena Sumbar.
Penghargaan diberikan pada rangkaian Halalbihalal dan orasi budaya Satupena Sumbar di Hotel Kyriad Bumi Minang. “Penghargaan ini merupakan apresiasi dari teman-teman penulis dan wartawan di Ranah Minang yang bergabung dalam DPD Satupena Sumbar. Terima kasih atas penghargaan ini,” kata Yurnaldi, Ahad (30/4) di Palembang.
Menurut Yurnaldi yang pernah bekerja sebagai wartawan Harian Kompas, agenda Halalbihalal dan orasi budaya ini serta pemberian penghargaan ini merupakan bagian dari program kerja Satupena Sumbar yang terbentuk pada Maret 2022.
“Sebelumnya Satupena Sumbar telah menggelar kegiatan Internasional Minangkabau Literacy Festival atau IMLF di pada Juli 2022 lalu Gedung Museum Aditiyawarman,” Yurnaldi telah menulis banyak buku khususnya tentang jurnalisme.
Penghargaan dari Satupena Sumbar pada 2023 ini diberikan kepada dua orang anggota Satupena Sumbar Berprestasi, yaitu Yurnaldi tokoh pers profesional, banyak melahirkan karya tulis buku. Mantan wartawan Kompas ini terkenal sebagai wartawan hebat, dan puluhan buku jurnalistik sudah beredar luas di tengah masyarakat. Dan Saunir Saun penulis yang terkenal rajin menulis di media sosial.
Kepada dua penulis tersebut mendapat piagam penghargaan yang ditandatangani Ketua DPP Satupena Denny JA, Ketua DPD Satupena Sumbar Sastri Bakry bersama Sekretaris Armaidi Tanjung, sekumpulan buku karya penulis terbaik, kemudian mendapatkan kontrak penerbitan bersama Satupena Sumbar, mendapatkan hak kehormatan VIP dalam setiap acara Satupena di Sumbar.
Sementara itu Satupena Sumbar juga menggelar orasi budaya oleh Guru Besar bidang Sastra Universitas Negeri Padang (UNP) Haris Effendi Thahar yang menyatakan, “Menulis tidak bisa tanpa membaca.”
Menurut profesor yang juga penulis cerpen tersebut, “Lewat tulisan itulah karya kita abadi, dan dikenang sepanjang masa,” ujarnya seraya memberi contoh tentang ulama dan penulis Buya Hamka dikenang sampai sekarang lewat karya tulisnya. “Begitu juga Pramoedya Ananta Toer. Bila ingin dikenang sejarah, maka menulislah,” pesannya.
Haris Efendi Thahar juga menyentil para penulis sekarang yang yang kurang memperhatikan kaidah bahasa Indonesia dalam kepenulisan. “Banyak penulis sekarang yang royal kata-kata. Dalam sebuah karya buku ini kurang bagus,” kata peraih gelar doktor dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ). (maspril aries)