Menulis Kembali Histori Semen Baturaja dan Semen Padang
KAKI BUKIT – Dalam sebuah buku berjudul “Indarung Tonggak Sejarah Industri Semen Indonesia” yang terbit 2001 ditulis sejarawan Mestika Zed (almarhum) dan dua wartawan senior dari Sumatera Barat (Sumbar) Hasril Chaniago dan Khairul Jasmi (sekarang Komisaris PT Semen Padang) pada halaman 215 menuliskan penggalan paragraf tentang PT Semen Baturaja.
Isi paragraf tersebut : “Untuk memperkuat posisi Semen Padang dalam persemenan di wilayah Sumatera, maka pada tahun 1974 dilakukan kerjasama dengan Semen Gresik dalam membangun pabrik Semen Baturaja dengan kapasitas 500.000 ton/ tahun di Kertapati, Palembang. Selain itu dipersiapkan pula pembangunan packing plant di Telukbayur dan di Belawan Medan.”
Kemudian pada halaman lain dari buku ini juga mencatat beragam hubungan historis antara dua pabrik semen yang ada di pulau Sumatera. PT Semen Padang sebagai pabrik semen tertua di Indonesia banyak berkontribusi pada penyedian teknologi dan sumber daya manusia (SDM) bagi industri semen di Indonesia khususnya bagi produsen atau pabrik semen yang dimiliki pemerintah Indonesia sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Pada Bagian Ketujuh dari buku “Indarung Tonggak Sejarah Industri Semen Indonesia” di bawah judul “Bukan Sekedar Pabrik Semen” juga memaparkan bagaimana Semen Padang bukan hanya ekspor semen ke luar negeri tapi juga ekspor SDM ke berbagai bidang.
Pada halaman 259 tertulis, “Ekspor SDM dari Semen Padang ini diawali oleh Ir Azwar Anas Direktur Utama yang tahun 1977 terpilih sebagai Gubernur Kdh. Tingkat I Sumatera Barat. Joni Marsinih, SE, penerus Azwar, kemudian dipromosikan untuk memimpin PT Pupuk Sriwidjaja, sebuah BUMN bidang pupuk buatan yang bermarkas di Palembang.”
Pada halaman 260 bercerita tentang Ikhdan Nizar yang sempat menjadi Direktur Utama PT Semen Baturaja. Berikut penggalan paragrafnya : “Lain lagi ceritanya Ir. Ikhdan Nizar. Ia memulai karirnya di PT Semen Padang, lalu dikaryakan ke PT Semen Gresik sebagai Direktur Penelitian Penelitian dan Pengembangan. Terakhir ia menjadi Direktur Utama PT Semen Baturaja, BUMN semen yang berlokasi di Sumatera Selatan dengan produksi 650.000 ton pertahun.”
Pada tulisan berjudul “Pabriknya Pabrik Semen” di halaman 263 menuliskan, “PT Semen Padang juga memasok peralatan pabrik untuk pabrik semen lain di Indonesia. Sementara pengadaan unit pabrik komplit pernah dilakukan untuk pembangunan pabrik baru PT Semen Baturaja di Sumatera Selatan, dan PT Semen Andalas di Aceh.”
Tidak hanya Ikhdan Nizar, SDM dari Semen Padang yang pernah menjabat Direktur Utama PT Semen Baturaja diantaranya Poernomo, kemudian ada Pamudji Rahardjo yang sebelumnya menjabat sebagai salah satu direktur di pabrik semen tertua tersebut.
Kini PT Semen Baturaja yang telah berubah nama menjadi PT Semen Baturaja (Persero) Tbk jabatan Direktur Utama dipegang Daconi yang perjalanan karirnya di industri semen bermula di PT Semen Padang. Kemudian ada Tubagus Muhammad Dharury yang menjabat Direktur Keuangan & Manajemen Risiko, sebelumnya menjabat Direktur Keuangan PT Semen Padang.
Buku ini juga mengutip catatan Poernomo salah satu SDM dari Semen Padang yang pada tahun 1974 dipindahtugaskan ke PT Semen Baturaja menjadi Direktur Teknik. Saat itu pembangunan PT Semen Baturaja oleh pemerintah diserahkan kepada PT Semen Padang. Kemudian Purnomo menjadi Direktur Utama PT Semen Baturaja.
Dalam lembar halaman 385 dari buku “Indarung Tonggak Sejarah Industri Semen Indonesia” Poernomo menceritakan riwayat atau sejarah PT Semen Baturaja sejak masih dalam tahap rancangan bangun.
Poernomo menceritakan, “Dewasa itu, pabrik semen di Baturaja baru dalam tahap rancangan bangun. Artinya, tugas pertama direksi di sana adalah mengadakan survei lanjutan tentang cadangan batu kapur dan tanah liat sebagai bahan baku semen untuk kemudian membuat studi kelayakan : financing arrangement, construction dan pabrik dengan rencana kapasitas produksi 500.000 ton/ tahun.”